Tuesday, July 6, 2010

Sisir vs Sikat Rambut

Sisir digunakan sebagai alat untuk merapikan rambut, namun kadangkala digunakan pula sikat rambut. Sikat memang menyerupai sisir, jadi mungkin ada yang tidak menyadari perbedaan antara sisir (dalam bahasa Inggris: comb) dan sikat (dalam bahasa Inggris: brush). Apalagi keduanya sama-sama digunakan pada rambut kita, sehingga membuat sisir dan sikat sering dianggap sama. Perbedaannya adalah sikat sebenarnya digunakan membantu membuat bentuk rambut atau membuat gaya rambut, sedangkan sisir digunakan untuk menata rambut dalam bentuk yang paling sederhana.
Memilih sisir yang tepat, pada dasarnya dibedakan berdasarkan model rambut (apakah lurus atau keriting), panjang pendek rambut, dan efek yang ingin dihasilkan. Berikut ini beberapa jenis sisir yang dapat Anda gunakan sesuai kebutuhan.
Tooth Comb

Sisir jenis ini paling banyak digunakan. Bentuknya yang lurus pipih dengan gerigi membuatnya sangat praktis untuk dibawa. Sisir jenis ini juga sering dibawa kaum pria di saku celananya. Berdasarkan kerapatan gerigi atau giginya, sisir ini dapat dibagi menjadi sisir bergigi rapat dan sisir bergigi jarang. Penggunaannya dapat disesuaikan dengan ketebalan rambut, jenis rambut, dan panjang pendek rambut.
Semakin rapat gigi sisir berarti kemungkinan rambut rontok semakin besar terlebih jika rambut kusut, tetapi hasilnya rambut akan lebih rapi. Untuk itu kedua jenis sisir tersebut dapat digunakan untuk:

Sisir Bergigi Jarang

Digunakan untuk menyisir rambut yang masih basah, karena rambut basah cenderung lebih mudah rontok. Dapat pula digunakan pada rambut keriting.

Sisir Bergigi Rapat

Sebaiknya digunakan untuk rambut lurus dan pendek. Efek dari sisir bergigi rapat dapat membuat rambut lebih mengembang.
Tail Comb

Fungsinya untuk menyasak rambut. Oleh karena itu, sisr ini sering disebut sebagai sisir sasak. Mempunyai gigi yang rapat pada setengah bagiannya, sedangnkan setengah bagian sisanya tidak bergerigi menyerupai ekor sisir. Ekor ini juga berfungsi untuk memisahkan bagian rambut atau membentuk belahan rambut untuk dibentuk kepang, curly, atau tatanan rambut lainnya. Jarak antar gigi yang rapat akan memudahkan untuk menyasak rambut sebelum disanggul.
The Pick

Dikenal juga dengan nama sisir garpu karena bentuknya yang menyerupai garpu makan. Bentuknya yang mudah dipegang dan unik membuatnya disukai. Sisir jenis ini cocok digunakan untuk Anda yang memiliki rambut keriting karena dapat memisahkan rambut ikal atau keriting yang sulit dipisahkan dengan lebih baik. Selain itu, sisir ini juga dapat mempertegas gelombang rambut.
Paddle Hair Brush

Sikat rambut ini disebut juga sisir dayung. Sisir ini memiliki dasar berupa bantalan karet yang lebar dan rata. Cocok digunakan untuk rambut lurus karena akan membuat rambut terlihat lebih lurus dan rapi.
Round Hair Brush

Sisir bulat atau sikat bulat ini dapat membuat rambut menjadi lebih berisi, ikal, atau bergelombang. Dalam ukurannya, terdapat sikat dengan diameter lingkaran kecil dan lebih besar. Jika diameternya kecil dan memiliki gerigi yang panjang, maka hasil keriting yang dihasilkan akan lebih kecil-kecil. Untuk Anda yang memiliki rambut pendek dan ingin membentuk efek keriting dapat menggunakan sikat dengan diameter kecil agar tatanan rambut lebih rapi. Dengan diameter yang besar, hasil dari penggunaannya adalah membuat rambut bergelombang. Cocok digunakan Anda yang berambut panjang dan ingin membentuk keriting pada bagian bawah rambut.
Vent Hair Brush

Memuliki lubang pada bagian tengahnya atau pada pangkal asal gigi. Lubang ini berfungsi sebagai sirkulasi udara dan mempercepat proses pengeringan rambut. Sikat ini biasa digunakan saat proses pengeringan rambut dengan hair dryer. Umumnya berbentuk bulat sehingga sikat ini memiliki fungsi tambahan untuk menambah volume rambut.
Setelah mengetahui jenis dan fungsi sisir (comb) dan sikat (brush), kini Anda dapat memilih yang sesuai dengan kebutuhan Anda untuk membuat rambut Anda tertata dengan maksimal.
Read More...

Jerman Vs Spanyol, Menghentikan atau dibantai?

Inggris dan Argentina menjadi bukti kehebatan tim panzer dalam ajang world cup 2010. Tak tanggung - tanggung 4 gol di sarangkan masing-masing kedalam gol lawan mereka, sehingga membuat ke dua tim ini harus berhenti babak 16 besar dan 8 besar.

Di babak semi final, tim matador yang merupakan salah satu unggulan dan juga juara eropa pada tahun 2008 akan menjadi penantang untuk menghentikan kegilaan Jerman dalam membunuh tim-tim besar.
Pertanyaannya hanya satu, apakah spanyol bisa menghentikan atau malah dibantai ? mengingat melawan tim Honduras, Chili, dan Portugal mereka hanya bisa menang dengan selisih satu gol saja, bahkan melawan Paraguay mereka hanya bisa menang di menit-menit terakhir...

Bagaimana menurut kalian ?
Read More...

Sunday, July 4, 2010

Biola untuk Reva

Pagi kembali menyambut, saat mentari masih bersembunyi malu di balik bukit tampak seorang gadis berambut panjang duduk di atas hijaunya padang rumput. Nama gadis itu adalah Reva, seorang gadis dengan seribu pesona yang ada padanya. Selain cantik Reva memiliki prestasi yang sangat membanggakan di sekolahnya. Dan satu hal lagi, Reva mempunyai suatu kegemaran yaitu memainkan biola. Di tengah segar udara pagi Reva dengan lembut memainkan biola di tangannya. Maka terdengarlah alunan merdu mengiringi kicau burung yang terbang dengan riangnya menyambut hari. Di saat Reva sedang asyik dengan biolanya, tiba-tiba terdengar seoarang lelaki memanggil namanya dari dalam rumah.

“Reva, dimana kamu?” teriak ayah Reva dari dalam rumah.

Mendengar panggilan itu Reva langsung menghentikan permainan biolanya dan menyembunyikannya di balik semak. Setelah menyembunyikan biola kesayangannya itu ia langsung berlari menuju rumah.
“Ya Ayah ! Reva disini,“ jawab Reva dengan nafas terengah – engah.

“Dari mana saja kamu, bukankah kau seharusnya sudah harus bersiap untuk ke sekolah?” tanya ayah Reva dengan tegas.

“Reva habis dari …………” belum sempat melanjutkan kalimatnya ayah Reva sudah memotongnya.

“Bermain dengan benda tak berguna itu lagi? “ bentakan ayahnya membuat Reva hanya menundukkan kepalanya dan meneteskan air mata.

“Mengapa kamu selalu menghabiskan waktumu bersama barang rongsokan itu, bukankah lebih baik untukmu untuk belajar lebih keras supaya kelak kamu bisa menjadi dokter seperti ibumu dulu!“ bentak ayah Reva padanya. Ayah Reva sangat membenci biola karena ibu Reva meninggal saat pergi membelikan biola untuk Reva.

“Benda itu punya nama, Yah. Benda itu pula yang membuatku tetap merasa hidup. Dan satu lagi, Ibu sudah meninggal dan aku tidak bisa menjadi dirinya. Aku punya jalan sendiri,“ kata-kata tersebut muncul begitu saja dari bibir Reva.

“Terserah, Ayah tidak mau lagi mendengarmu memainkan benda itu. “

Tanpa mengucap sepatah kata pun Reva langsung berlari menuju kamarnya dengan air mata yang mengalir di kedua pipinya.

Setelah itu Reva berangkat ke sekolahnya. Dengan perasaan sedih dia melangkahkan kakinya menyusuri jalan kecil dengan pohon-pohon yang berjajar di kanan kirinya itu. Saat Reva berjalan sendiri tiba–tiba seorang pria menghampirinya.

“Selamat pagi Nona manis, bagaimana kabarmu hari ini?” sapa pria tampan yang bernama Andi itu. Andi adalah kekasih Reva yang selalu mendampingi Reva di saat senang maupun sedih. Namun ayah Reva tidak menyetujui hubungan mereka karena Andi adalah anak yatim piatu.

Mendengar perkataan kekasihnya Reva tidak mengucap sepatah kata pun. Namun air matalah yang keluar menyambut sapaan kekasihnya itu yang membuat Andi merasa kebingungan.

“Apa yang telah terjadi padamu Reva?“ tanya Andi cemas.

“Aku tidak kuat Andi, aku tak sanggup menjalani semua ini,“ ucap Reva.

“Tenanglah Reva, aku akan selalu ada untukmu. Kau bisa menceritakan semuanya kepadaku,“ kata Andi lembut.

Reva menceritakan semua yang dialaminya pada Andi. Andilah yang selama ini selalu ada dan mencintai Reva dengan tulus. Dia juga selalu mendukung kekasihnya itu dengan sepenuh hatinya. Tidak lama kemudian Andi berhasil menenangkan hati Reva dan mereka berdua melanjutkan perjalanan ke sekolah berdua.

Waktu pun berlalu dengan cepat. Bel tanda pulang sekolah berbunyi. Andi mengantar Reva pulang ke rumahnya. Mereka berjalan berdua di bawah terik matahari. Tanpa mereka sadari mereka telah sampai di depan rumah Reva.

“Sudah sampai ya? Ya sudah deh aku pulang dulu,” ucap Andi.

“Kamu gak mampir dulu?” tanya Reva pada Andi.

“Gak ah! Aku langsung pulang aja,” jawab Andi.

Andi pun pulang ke rumahnya. Sementara Reva masuk ke dalam rumahnya, di dalam rumah Reva terkejut karena ia melihat ayahnya sudah berada di dalam rumah. Tidak biasanya pada jam seperti ini ayah Reva sudah pulang dari kantornya.

“A….Ayah? Ayah kok sudah pulang, inikan baru jam 3?” tanya Reva dengan perasaan takut.

“Kenapa, kamu takut Ayah melihatmu bersama pemuda miskin tanpa masa depan itu? Sudah berapa kali Ayah bilang kepadamu untuk menjauhinya!?” bentak ayah Reva dengan keras.

“Kenapa Ayah selalu memandang semua hal dari harta, Andi tulus mencintai Reva. Walaupun dia miskin namun dia selalu menjaga Reva,” jawab Reva.

Karena merasa sangat terpukul Reva langsung berlari menuju kamarnya. Di dalam kamar dia menangis memikirikan kepedihan pada dirinya. Setelah beberapa menit Reva menangis, Reva menghubungi Andi dan mengajaknya bertemu.

“Halo, Andi?” Reva berbicara di telepon sambil meneteskan air matanya.

“Iya, ada apa Reva?” jawab Andi penuh kebingungan mendengar suara Reva yang parau.

“Temui aku sore ini di taman. Aku sangat memerlukanmu,” kata Reva dengan lembut dan singkat.

“Baiklah Reva, aku pasti akan datang,” ucap Andi.

Tanpa mengucapkan kata-kata Reva langsung menutup teleponnya. Sementara Andi hanya bisa menunggu. Andi tidak mungkin menemui Reva di rumahnya karena ayah Reva sangat membencinya dan Reva pasti ikut terkena imbasnya.

Sore yang ditunggu akhirnya tiba. Tampak di sebuah kursi kayu tua Reva duduk sendiri menunggu kedatangan Andi. Di tangannya dipegangnya sebuah biola yang siap mengalunkan sebuah lagu. Satu jam sudah Reva menunggu kekasihnya namun Andi belum juga tiba. Berkali-kali ia mencoba menghubungi Andi tetapi tidak ada jawaban.

“Andi kamu dimana?” tanya Reva. “Apa yang terjadi sama kamu?” lanjutnya.

Dengan sabar Reva masih menunggu Andi. Tidak lama kemudian titik-titik air mulai menetes di atas kepa Reva. Hujan tiba-tiba turun dengan derasnya membasahi seluruh tubuh Reva.

“Aku akan menunggumu di sini Andi, dan aku gak akan memainkan biola ini sebelum kamu datang menemui aku!” teriak Reva di tengah hujan.

Hingga malam tiba Reva masih menunggu Andi. Dingin mulai menusuk tubuh kecil Reva yang tengah mengigil itu, hingga akhirnya tubuh Reva tak mampu lagi bertahan. Pandangannya menjadi gelap dan akhirnya Reva jatuh terbaring di atas tanah.

Perlahan-lahan Reva membuka matanya, sedikit demi sedikit pandangan Reva menjadi jelas. Dilihatnya di sekitarnya teman-temannya berdiri dengan tatapan cemas dan di sebuah pojok ruangan berdiri ayah Reva.

“Di mana aku? Dan di mana Andi, kok aku gak melihat dia?” ucap Reva perlahan. Namun bukannya menjawab teman-teman Reva hanya diam membisu dengan menampakkan raut kesedihan di wajah mereka.

“Kamu di rumah sakit, kemarin kami menemukanmu pingsan di taman,” kata salah seorang teman Reva.

“Tapi dimana Andi, kenapa ia tidak datang? Padahal dia sudah berjanji akan datang menemui aku.”

Mendengar perkataan Reva suasana ruangan itu menjadi sunyi. Karena tidak ada jawaban Reva terus mendesak hingga akhirnya salah seorang dari mereka menjawabnya.

“Begini Reva, kemarin Andi mengalami kecelakaan dalam sebuah perjalanan. Dokter sudah berusaha sebisa mungkin untuk menyelamatkannya tetapi itu semua sia-sia.” Mendengar penjelasan dari temannya itu tubuh Reva menjadi lemas.

“Gak, gak mungkin. Kalian semua bohong. Andi sudah berjanji padaku bahwa dia akan selalu ada bersamaku dan gak akan pernah meninggalkan aku!” teriak Reva dengan penuh kemarahan.

Tiba-tiba Reva bangun dari tempat tidurnya dan mencoba berlari untuak menemui Andi. Namun belum semapat keluar dari kamar rumah sakit Reva terjatuh. Segera teman-teman dan ayah Reva datang untuk membantunya dan menenangkannya.

“Kenapa, kenapa ini semua harus terjadi padaku? Ini semua salahku. Andai hari itu aku tidak mengajak Andi untuk bertemu aku, pasti semua ini gak akan terjadi.” Reva menangis dan terduduk di lantai rumah sakit yang dingin itu.

“Sudahlah Nak, ini semua bukan salahmu. Ikhlaskan saja dia pergi, masih ada banyak cinta untukmu,” kata ayah Reva seraya mengelus rambut Reva.

“Ayah senang kan dengan semua ini? Pasti dalam hati Ayah sedang tertawa terbahak-bahak,” kata Reva kepada ayahnya. Revapun kembali bangkit dan mencoba untuk keluar dari kamar rumah sakit itu. Akan tetapi sekali lagi Reva terjatuh dan teman-teman Reva kembali menolongnya, namun kali ini ayah Reva hanya diam saja melihat anaknya itu tanpa bisa berbuat apa-apa.

Satu hari telah berlalu, namun kesedihan masih tampak pada wajah Reva. Kenangan manisnya bersama Andi selama ini tidak bisa ia hapus dengan mudah. Setiap hari yang ia lakukan hanya menangis sambil memandang foto Andi. Karena teman-temannya merasa kasihan akhirnya mereka mengantar Reva ke tempat dimana Andi dimakamkan.

Sesampainya di tempat pemakaman pandangan Reva langsung tertuju pada sebuah makam yang bertuliskan Andi. Reva pun lalu duduk di samping makam Andi sambil menangis mengenang seorang yang selama ini selalu mendampinginya. Setelah beberapa saat teman-teman Reva mengajak Reva untuk pulang ke rumah. Kali ini Reva hanya menurut permintaan teman-temannya itu.

Sebulan telah berlalu. Bukannya semakin membaik kondisi Reva justru bertambah buruk. Sekarang Reva menjadi seorang gadis pendiam. Yang ia lakukan hanya mengurung diri di kamarnya. Begitu banyak temannya yang mencoba menghiburnya namun tidak ada yang berhasil. Penyesalan itu selalu datang menghantuinya.

Prestasinya di sekolahpun semakin memburuk. Bahkan yang lebih parah Reva menjadi sangat benci dengan biola yang selama ini sudah ia anggap seperti temannya karena ia berpikir bahwa biola tersebut juga ikut menyebabkan Andi meninggal. Melihat keadaan anaknya yang seperti itu ayah Reva memutuskan untuk mengirim Reva sekolah di Bali.

“Reva, Ayah mau berbicara denganmu dan kali ini Ayah harap kamu akan menuruti semua perkataan Ayah,” perintahnya kepada Reva.

“Demi masa depan kamu Ayah memutuskan untuk menyekolahkanmu di Bali,” kata ayah Reva tegas.

“Apa Ayah sadar berbicara seperti itu? Aku gak mungkin meninggalkan Andi sendirian di sana. Aku akan selalu menjaganya,” balas Reva dengan penuh keyakinan.

“Kali ini kamu tidak bisa menolak permintaan Ayah. Semua ini Ayah lakukan demi kebaikanmu juga. Kamu tidak mungkin selamanya hidup dalam kesedihanmu sendiri,” bentak ayah Reva yang kembali. Namun kali ini Reva tidak menjawab perkataan ayahnya itu.

Akhirnya Reva bersiap berangkat ke Bali dengan perasaan sedih. Reva masih belum siap untuk meninggalkan semua kenangannya bersama Andi walaupun sepenuhnya ia sadar bahwa Andi memang sudah meninggal.

Akhirnya Reva tiba di Bali dengan selamat. Di Bali Reva bersekolah di sebuah sekolah internasional dan tinggal di asrama sekolah itu. Walaupun sudah berada di tempat yang baru, namun Reva belum juga dapat melupakan Andi.

Di suatu sore Reva pergi jalan-jalan untuk menghilangkan kesedihannya. Reva hanya berjalan sendirian karena belum mendapat teman di sekolah barunya. Di tengah perjalanannya Reva melewati sebuah jembatan dan tiba-tiba dia berpikir untuk bunuh diri dengan cara melompat dari atas jembatan. Reva pun naik ke atas jembatan itu, beberapa saat kemudian dia bersiap untuk melompat dari jembatan. Tetapi tubuh Reva ditarik oleh seorang gadis dan dia jatuh kembali ke atas tanah.

“Kamu sudah gila ya?” kata gadis itu dengan penuh ketakutan. “Kamu kan bisa mati, apa kehidupan ini sudah begitu buruknya untukmu?” lanjut gadis cantik itu.

“Sudahlah, masih banyak yang bisa kamu lakukan di dunia ini. Tanpa kamu sadari sesungguhnya masih banyak orang yang menyayangi dan membutuhkanmu,” ucap gadis itu sambil mencoba membangunkan Reva.

“Lepaskan aku, aku hanya ingin mati. Apa kau tahu penderitaan yang aku alami, apa kau merasakan rasa yang kini ada di hatiku? Kau tidak tahu apa-apa,” bentak Reva sambil mengibaskan tangan gadis itu dari bahunya.

“Plaaak!”

Gadis itu menampar Reva hingga membuat Reva terdiam.

“Aku memang tidak tahu apa yang sedang kau rasakan dan apa yang telah kau alami. Namun satu hal yang pasti kematian itu tidak akan menyelesaikan semua masalah yang sedang kau hadapi.”

Mendengar perkataan gadis itu pandangan Reva yang tadinya tajam kini telah berubah menjadi sayu. Setelah itu keduanya berkenalan. Gadis itu ternyata bernama Gladis. Seorang gadis Bali yang kebetulan adalah teman satu sekolah Reva. Setelah berhasil menenangkan Reva, Gladis mengajak Reva untuk kembali ke asrama sekolah mereka. Dan semenjak saat itu keduanya menjadi sahabat.

Suatu hari Gladis mengajak Reva pergi berjalan-jalan. Reva menurut saja ajakan Gladis itu. Setelah beberapa saat mereka berjalan sampailah keduanya di sebuah toko musik.

“Selamat datang di sini Reva, setelah mendengar semua ceritamu aku rasa ini tempat yang sangat cocok untukmu,” kata Gladis dengan senyum lebar terukir di wajahnya.

“Apa maksudmu Gladis?” jawab Reva dengan penuh keheranan.

“Di sini kamu bisa memainkan biola dan mengekspresikan perasaanmu,” balas Gladis sambil menyodorkan sebuah biola kepada Reva.

Mendengar perkataan Gladis, Reva kembali teringat akan masa lalunya. Namun kali ini Reva tidak menangis seperti biasanya. Kini Reva sudah menjadi lebih kuat berkat dukungan Gladis.

“Gak ah, aku tidak mau.” Hanya kata itu yang terucap dari bibir kecilnya.

“Lho kenapa? bukankah kamu sangat senang bermain biola?” tampak Gladis meyakinkan Reva.

Bukannya menjawab Reva keluar begitu saja dari toko musik itu. Melihat kejadian itu Gladis merasa tidak enak, maka dengan segera ia menyusul Reva. Setelah berhasil menyusul langkah Reva, Gladis mengajaknya pulang ke asrama. Sesampainya di asrama Gladis mengantar Reva ke dalam kamarnya.

“Va, maafin aku ya! bukan maksud aku membuatmu sedih,” kata Gladis pelan.

“Gak apa-apa kok, aku gak sedih hanya saja aku sudah berjanji gak akan memainkan biola lagi, aku takut Andi akan marah padaku,” balas Reva.

“Aku yakin Andi gak akan marah. Dia pasti menginginkan yang terbaik bagimu dan dia juga pasti akan senang melihatmu memainkan biola itu lagi,” ucap Gladis sambil memegang kedua tangan Reva.

Setelah beberapa saat mereka berbicara akhirnya Gladis memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Karena tidak ingin merasakan kesedihan kembali maka Reva memutuskan untuk tidur.

Pada suatu pagi, Reva berjalan sendirian di tengah-tengah padang rumput yang masih basah oleh tetes-tetes embun. Sementara dingin kabut masih menyelimuti tubuhnya yang kecil itu. Di tengan kesendiriannya itu dilihatnya sesosok laki-laki berdiri dengan memakai pakaian putih yang tidak asing lagi baginya. Laki-laki itu adalah Andi.

“Gak mungkin, ini gak mungkin terjadi,” pikirnya dalam hati.

Tiba-tiba laki-laki itu membalikkan badannya dan benar apa yang dipikirkan Reva. Andi kini berdiri tepat dihadapannya. Reva yang hanya bisa diam tidak percaya akan semua yang dialaminya itu. Tanpa mengucap sepatah kata pun Andi menyodorkan sebuah biola kepada Reva.

“Yang terbaik bagimu takkan kubiarkan begitu saja pergi meninggalkanmu,” ucap Andi sambil tersenyum kecil kepada Reva.

Setelah memberikan biola tersebut Andi langsung pergi begitu saja tanpa sepatah katapun. Reva ingin mengejarnya namun apa daya langkah Andi terasa sangat cepat dan Reva seolah-olah hanya berlari di tempat. Karena merasa tidak berdaya akhirnya Reva berteriak sekeras-kerasnya.

“Andiiiii, tunggu…., Andiiiiiii….!” Reva terus beteriak memanggil nama Andi hingga sebuah suara datang menghampirinya.

“Reva bangun, bangun.” Ternyata suara itu adalah Gladis yang sedang membangunkan Reva dari tidurnya. “Va ada apa? “ ucap Gladis.

“Andi Dis, tadi aku bertemu Andi!” katanya dengan semangat. “Dia bahkan memberikan kepadaku sebuah biola!” lanjutnya.

Seolah tidak percaya dengan apa yang telah dikatakan oleh Reva, Gladis diam sejenak tanpa memberikan komentar apapun kepada Reva. Lalu Gladis tiba-tiba keluar dari kamar Reva dan tidak lama kemudian kembali lagi dengan membawa sebuah biola di tangannya. Reva yang melihat hal tersebut langsung mengerutkan dahi. Ternyata biola yang dibawa Gladis tersebut adalah biola yang diberikan Andi kepada Reva di dalam mimpinya.

“Kalau memang benar ini adalah biola yang kamu maksud, aku yakin Andi pasti ingin kamu kembali memainkan biola ini seperti dahulu kembali,” jawab Gladis.

Semenjak kejadian tersebut kini kehidupan Reva kembali seperti dulu. Reva kembali menjelma menjadi seorang gadis periang yang selalu menebarkan kebahagiaan untuk orang-orang di sekitarnya. Dan yang terpenting yaitu kini Reva kembali menyayangi biola yang telah lama ia tinggalkan itu. Dan pada suatu sore Reva mengajak Gladis pergi ke teman yang ada di dekat asrama mereka.

“Dulu Andi aku ajak bertemu di sebuah taman untuk mendengarkan alunan biolaku, dan sekarang aku akan mewujudkan semua itu,” ucap Reva dengan semangat.

“Baiklah aku akan siap mendengarkan alunan indah biolamu,” kata Gladis yang sudah duduk di atas hijaunya rumput taman itu.

Reva pun memainkan biolanya dengan sangat indah. Orang-orang yang melewati taman itu langsung terhenti dan melihatnya. Mereka semua tercengang mendengar nada-nada yang keluar dari gesekan dawai biola tersebut. Namun di tengah-tengah keindahan suasana tersebut tiba-tiba Reva jatuh pingsan. Orang-orang yang melihat kejadian tersebut langsung mengerumuni Reva, tidak terkecuali Gladis.

“Va, ada apa denganmu? Seseorang tolong panggilkan ambulan!” teriak Gladis di tengah-tengah kerumunan orang-orang.

Akhirnya Reva dibawa ke rumah sakit, setelah dokter memeriksanya ternyata Reva mengidap kanker otak dan usia Reva tidak panjang lagi. Mendengar hal tersebut keduanya bagai disambar petir. Gladis hanya bisa memeluk Reva yang terdiam seolah tidak percaya akan apa yang telah didengarnya.

“Dis, aku harap kamu tidak mengatakan semua ini kepada siapapun juga, bahkan kepada ayahku,” ucap Reva pelan.

“Tapi, Ayahmu harus tahu semua ini Va!” balas Gladis sambil menangis.

“Please Dis, berjanjilah padaku. Kali ini saja kumohon!”

Akhirnya Gladis hanya bisa mengiyakan perkataan sahabatnya itu. Walaupun sebenarnya Gladis merasa kasihan kepada Reva.

Hari-hari berlalu, kondisi Reva menjadi semakin parah. Ia sering pingsan dan mengalami rasa sakit yang luar biasa. Karena merasa kasihan akhirnya Gladis memutuskan untuk pergi menemui ayah Reva dan menceritakan apa yang telah terjadi.

“Selamat siang, apa benar ini rumah Bapak Hendrawan?” tanya Gladis pada ayah Reva.

“Iya saya sendiri, silakan masuk.” Ayah Reva mempersilahkan Gladis untuk masuk ke dalam rumahnya.

Setelah memasuki rumah dan memperkenalkan dirinya, Gladis pun menceritakan semuanya pada ayah Reva. Tentu saja ayah Reva tidak begitu saja percaya akan perkataan gadis yang baru dikenalnya itu. Namun setelah beberapa kali mencoba akhirnya ayah Reva percaya juga.

“Tapi kenapa Reva tidak pernah memberitahuku? Apa dia sudah tidak menganggapku lagi sebagai ayahnya, Apakah dia sudah tidak menyayangiku lagi?”

“Justru sebaliknya, Reva sangat menyayangi Anda dan sangat menghormati Anda. Sebelumnya maaf kalau saya ikut campur namun saya rasa Andalah yang terlalu memaksakan keinginan Anda kepada Reva,” kata Gladis kepada ayah Reva.

Setelah keduanya berbicara panjang lebar akhirnya mereka memutuskan untuk segera kembali ke Bali. Mereka berdua langsung berangkat karena segera ingin bertemu dengan Reva. Sesampainya di Bali keduanya langsung mendatangi asrama Reva dan menuju kamarnya. Namun di dalam kamarnya ternyata Reva tidak ada, keduanya langsung berlari keluar kamar tersebut dan mencari Reva di seluruh penjuru sekolah asrama itu dan meneruskan pencariannya di luar asrama. Berjam-jam mereka mencari dan tidak membuahkan hasil hingga mereka melihat sekelompok orang berdiri di sebuah pantai sedang mengerumuni seorang gadis yang sedang bermain biola.

“Itu pasti Reva, aku yakin itu!” kata Gladis pada ayah Reva sambil menunjuk keramaian itu.

“Benar, itu Reva ayo kita segara menuju ke sana!” ajak ayah Reva.

Mereka berdua segera berlari menuju keramaian tersebut, dilihatnya orang-orang yang terdiam memandang Reva yang sedang memainkan biolanya. Dari wajah mereka terpancar kesedihan yang sangat mendalam. Karena terbawa oleh suasanya yang seperti itu ayah Reva menitihkan air matanya. Setelah selesai memainkan biolanya tiba-tiba Reva jatuh di atas pasir yang putih. Melihat hal tersebut ayah Reva langsung berlari mendatangi anaknya.

“Yah, maafkan Reva. Reva tidak bisa menjadi apa yang Ayah harapkan,” ucap Reva yang bersandar di pangkuan ayahnya.

“Kamu tidak perlu meminta maaf, Ayahlah yang salah terlalu memaksakan kehendak Ayah,” kata Ayah Reva dengan air mata masih mengaliri pipinya.

“Yah, Ayah mau menggendong Reva? Reva ingin berjalan-jalan di pantai ini Yah!” pinta Reva pada Ayahnya.

Tanpa menunggu lagi ayah Reva langsung menggendong Reva di punggungnya diajaknya anaknya itu jalan-jalan menyusuri pantai dengan diiringi matahari yang sudah hampir tenggelam ditelan cakrawala. Sementara Gladis hanya mengikuti keduanya dari belakang.

“Dulu ketika Ibumu masih hidup dia sangat senang bermain di pantai bersamamu, apakah kamu masih ingat saat kita bertamasya bersama dan kamu sembunyi sehingga membuat kami semua kebingungan?” tanya ayah Reva.

Tidak ada jawaban yang terucap dari Reva. Dia hanya diam dan membisu. Ayah Reva baru menyadari kalau anaknya sudah meninggal. Namun dengan langkah berat dia tetap menggendong Reva sambil menceritakan kenangan masa kecil Reva yang penuh keceriaan sambil meneteskan air matanya pada butiran pasir yang terhampar. Gladis juga menyadari kejadian itu dan hanya menangis di belakang keduanya. Kini gadis itu telah pergi untuk selamanya. Dia meninggalkan sejuta kenangan untuk orang-orang di sekitarnya. Akhirnya Reva dimakamkan di sebelah makam Andi. Di atas makam itu diletakkan biola kesayangan Reva. Dan kini cinta antara Reva, Andi dan biolanya kembali menyatu
Read More...

Friday, July 2, 2010

3 Alasan Anda Harus Rajin Minum, Sekarang Juga!


Kamis, 1/7/2010 | 16:25 WIB
KOMPAS.com - Anda tentu tahu bahwa bibir kering, haus, atau kelelahan berkepanjangan, merupakan gejala dehidrasi. Jadi, mengapa Anda tak juga membiasakan diri untuk minum air putih? Padahal, saran untuk minum air putih 8 gelas sehari itu sudah kita dengar sejak di sekolah dasar.

Memang, terkadang minum air putih terasa membosankan. Padahal, jika Anda banyak minum air putih, ada tiga masalah yang bisa terselesaikan lho. Tidak hanya rasa haus semata, tetapi juga berat badan dan kondisi kesehatan secara umum. Apa saja itu? 1. Menambah energi
Kekurangan cairan dapat membuat perempuan menjadi kelelahan. Menurut penelitian, meminum air selama latihan dapat membantu seseorang untuk menjalani latihan dengan lebih prima. Anda disarankan untuk menambah minum pada dua atau tiga jam sebelum melakukan aktivitas seperti pergi gym, berenang, maupun berbagai aktivitas lain yang membutuhkan banyak energi. Untuk memberikan rasa lain, tambahkan rasa lemon, mint, ataupun buah beku, pada air putih.

2. Berhenti ngemil
Rasa lapar dapat saja disebabkan oleh rasa haus. Rasa haus tersebut kadang tersamarkan sehingga yang dirasakan adalah lapar. Minumlah air secara perlahan sepanjang hari untuk mengatasi rasa haus tersebut. Bila rajin minum, perut Anda terasa lebih kenyang sehingga Anda tak tergoda untuk mencari cemilan. Minum dapat juga dilakukan di sela-sela menyantap makanan, utama sehingga memberikan rasa kenyang lebih cepat.

3. Keuntungan untuk otak
Menurut penelitian dari European Journal of Neurology, seseorang yang memiliki penyakit migrain dapat mengurangi durasi dan intensitas sakit kepalanya dengan mengonsumsi enam gelas air setiap harinya.

Perlu diingat, dehidrasi dapat berkembang menjadi sesuatu yang serius seperti darah rendah dan detak jantung yang cepat. Jadi cairan sangat diperlukan untuk menghindari hal-hal tersebut. Apabila merasa bosan dengan air yang biasa diminum, cobalah alternatif penyegar untuk membuat variasi minuman Anda.

(Paramitha Devi)
Read More...

Mengunyah Permen Karet Bikin Keriput?


KOMPAS.com - Permen karet bisa membuat nafas kita lebih segar bahkan mengalihkan kita dari kebiasaan buruk merokok. Tetapi beberapa ahli bedah plastik justru meminta kita menjauhi permen karet. Sebabnya, mengunyah permen karet membentuk kerutan-kerutan di wajah. Benarkah?

“Banyak pasien saya yang merupakan penyuka permen karet, memiliki pola-pola kerutan di sekitar mulut mereka,” ucap Dr Joel Schlessinger, ahli dermatologi dan bedah plastik dari Omaha, Nebraska. “Itu mengapa saya mulai berpikir, permen karet menimbulkan kerutan di wajah.”

Meskipunsampai saat ini belum ada penelitian yang memberikan keterkaitan antara permen karet dengan kerutan-kerutan di wajah, namun isu ini sudah merebak di dunia maya seperti blog-blog kecantikan.

Tetapi bagi beberapa ahli bedah plastik, mengunyah permen karet bisa merusak jaringan otot di sekitar mulut. Salah satu yang mengamini hal ini adalah Dr Hema Sundaram, ahli bedah plastik dari Washington, DC. Hema menjelaskan saat kita mengunyah permen karet ada gerakan yang kita lakukan berulang-ulang. Gerakan inilah yang kemudian membuat garis yang kemudian membekas di sekitar mulut kita.

“Sebab otot diminta untuk melakukan satu gerakan secara berulang-ulang sehingga membentuk satu kontruksi guratan,” katanya.

Konstruksi guratan yang muncul karena gerakan otot yang berulang-ulang menurut Sundaram akan merusak beberapa jaringan kulit yang kemudian berkontribusi pada menurunnya elastisitas kulit.

Tetapi sebaiknya kita jangan langsung membuang permen karet, sebab penelitian di Jerman yang dilakukan Oktober 2009 lalu, justru menyimpulkan bahwa mengunyah permen karet membuat kita berkonsentrasi lebih baik. Bahkan beberapa penelitian lain menyebutkan, mengunyah permen karet bisa mengurangi stres.

Sama seperti ilmu menikmati makanan, kita harus menikmati permen karet dalam batas wajar. Sehingga kemungkinan otot-otot sekitar mulut untuk kendur bisa diminimalisasi dengan mengunyah permen karet ketika sedang stres atau ingin membuat nafas kembali segar.

(Siagian Priska/Prevention Indonesia)
Read More...

10 Buah yang Aman Dikonsumsi Setiap Hari


KOMPAS.com — Jika setiap hari Anda harus makan 10 porsi buah, berbeda jenis dan warna, lantas bagaimana memilihnya? Apalagi jika Anda menderita penyakit tertentu, seperti diabetes atau masalah lambung (mag). Tak semua buah aman dikonsumsi setiap hari, bukan?

Karena kita tinggal di negara penghasil beragam varietas buah, sebenarnya tak akan sulit memilihnya. Soal harga, pasti tak semahal blueberry, misalnya. Pilihan buah yang aman dikonsumsi setiap orang, apa pun penyakitnya, juga tak sulit menemukannya. Harganya pun murah.

Ahli gizi klinis, dr Samuel Oetoro, SpGK, menyebutkan bahwa 10 porsi buah yang aman dikonsumsi setiap hari adalah apel, pir, jeruk, jambu, anggur, semangka, melon, pepaya, markisa, dan tomat.

"Wortel dan pisang raja juga aman dikonsumsi. Belimbing sesekali boleh, tetapi kurangi untuk penderita penyakit ginjal," papar dr Samuel kepada Kompas Female seusai peringatan Hari Buah Sedunia di Grand Indonesia, Jakarta, Kamis (1/7/2010).

Dr Samuel menjelaskan, beberapa buah memang tak baik dikonsumsi penderita penyakit tertentu. Nangka, durian, pisang, dan nanas yang mengandung glukosa tinggi perlu dihindari penderita diabetes. Penderita mag sebaiknya tidak mengonsumsi pisang ambon, namun aman untuk jenis pisang lainnya, seperti pisang raja. Bahkan, ada buah yang tidak sehat, kata dr Samuel, yakni durian matang yang mengandung kadar alkohol tinggi.

Lalu bagaimana takarannya? Dr Samuel menjelaskan, buah seperti apel atau markisa satu porsi berarti dimakan utuh. Sedangkan satu porsi anggur takarannya lima butir buah anggur. Sedangkan pepaya dan semangka, satu porsinya sama dengan satu potongan irisan, bukan satu buahnya.
Tak sulit bukan menjadikan buah sebagai bagian pola makan setiap hari?
Read More...

Mengintip Misteri 'The Twilight Saga: Eclipse'



Jakarta - 'The Twilight Saga: Eclipse' akan mulai diputar di bioskop pada Rabu (30/6/2010) besok. Pasti Anda sudah tidak sabar untuk menyaksikannya kan? Yuk kita ulas sedikit film yang satu ini.

Pada Februari 2009 lalu, Summit Entertainment sempat merilis intisari plot 'Eclipse'. Di film ini, Bella Swan berada dalam bahaya lagi setelah sekelompok vampire memburunya.
Di tengah bahaya, kisah cinta segitiga antara Bella, Edward dan Jacob juga semakin berkembang.

Namun pada akhirnya, Bella harus memilih sang kekasih atau sang sahabat. Berhubung novelnya sudah dirilis lebih awal, pasti Anda bisa menebar akhir ceritanya.

Setelah plot, kini beralih ke para pemainnya. Roberts Pattinson, Kristen Stewart dan Taylor Lautner sudah menghidupkan lagi karakter mereka. Beberapa aktor-aktris film sebelumnya juga bakal hadir lagi. Di antaranya, Ashley Greene, Peter Facinelli, Elizabeth Reaser dan Nikki Reed.

Aktris Dakota Fanning yang saat ini karirnya tengah bersinar akan ikut meramaikan 'Eclipse'. Dakota berperan sebagai Jane, salah anggota keluarga Volturi. Sementara, aktris Bryce Dallas Howard menggantikan Rachelle Lefevre untuk berperan sebagai Victoria, musuh bebuyutan Edward dan Bella.

Seperti biasa, Summit selalu menggunakan sutradara yang berbeda di tiap film 'Twilight'. Untuk 'Eclipse', Summit pun mendapuk David Slade. Sebelumnya, David sukses lewat film '30 Days of Night'.

Gimana? Jadi semakin panasaran kan?
Read More...